Saturday 29 March 2008

Kecemburuan Ayat-Ayat Cinta

Dunia perfilman di Indonesia mulai menggiat beberapa tahun belakangan ini. Beberapa tahun yang lalu muncul judul film Ada Apa Dengan Cinta. Dan tahun ini peminat film di Indonesia dimanjakan dengan cerita yang disuguhkan lewat film Ayat-Ayat Cinta. Dari AADC ke AAC. Entah ke mana huruf D menghilang, dan apakah film sukses berikutnya akan memiliki judul dengan inisial AC, entahlah.
Banyak hal menarik tentang AAC. Jusuf Kalla, sang wakil Presiden pun ikut nonton di Plaza Senayan, Jakarta, dan kabarnya SBY sang Presiden pun tersiar kabarnya akan ikut nonton. Entah di mana. (mungkin di cinema yang berawalan dengan huruf D).

Dari sekian banyak hal, salah satu yang menjadikan film ini fenomenal adalah aspek poligami yang bagi rakyat Indonesia merupakan isu yang terbilang cukup sensitif. Bagi para lelaki baik yang sudah maupun belum beristri, poligami tampaknya membagi mereka menjadi dua kelompok. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Bagi para wanita jauh lebih banyak yang tidak setuju. Mereka tidak ingin cintanya dibagi dua oleh sang suami.

Bagi saya, ketidaksetujuan ini cukup wajar. Karena toh bagaimana pun kita ini manusia. Tak ingin milik kita yang berharga dibagi dengan orang lain. Banyak contoh di sekitar kita yang bisa diambil menunjukkan contoh semacam ini. Orang tak ingin lahan rumahnya dibagi buat orang lain, buktinya banyak rumah berpagar tinggi-tinggi, tak boleh orang lain sekedar melihat indahnya pekarangan rumah, apalagi menginjak halaman. Banyak orang tak rela uang korupsinya dibagi dengan orang lain, sampai lari ke negeri orang.

Itu baru orang. Apalagi Tuhan. Demikian pencemburunya Tuhan hingga Dia tidak mau mengampuni orang yang menyekutukan Dia dengan sesuatu yang lain. Dia yang telah memberi kasih sayang begitu besar kepada hambaNya, diberinya ruh kehidupan, diberikanNya kesempatan menikmati indahnya hidup, bertemu keindahan alam, menikmati sedapnya sambal dan sayur asem, merasakan kepuasan memahami rahasia alam dengan meraih gelar sarjana, magister, dan doktor. DiijinkanNya jantung terus berdetak memompa darah di sekujur tubuh walaupun kita sedang asik masyuk menikmati keindahan hidup, diijinkanNya paru-paru terus memompa udara segar ke dalam jaringan tubuh walaupun kita sedang lalai melupakan semua karunia dan kasih sayangNya.

Ketika semua nikmat itu tidak disyukuri, ketika kemudian manusia justru berterima kasih kepada zat lain yang tidak patut disembah dan diagungkan, betapa sakit rasa yang Dia alami. Ketika kita memberikan sejumput nafkah kita kepada orang dan orang itu berterima kasih kepada orang lain, kita sudah merasakan sakit hati yang luar biasa. "Tak tahu terima kasih!", begitu kita berpikir. Apalagi Tuhan.

Cinta seorang suami kepada seorang istri pun akan dirasakan dengan cara yang sama jika sang suami memberikan cintanya kepada wanita lain. Jerih payah yang telah dicurahkan istri, kasih sayang yang dia berikan, kata-kata rayuan dan cubitan mesra yang diberikan istri demi meraih perhatian suami ternyata tidak membuat suami terpikat. Suami malah terpikat untuk memperistri wanita lain. Alangkah sakit rasa yang melekat di hati sang istri.

Lalu mengapa dalam Islam diperbolehkan bagi seorang laki-laki untuk memperistri hingga empat orang? Dalam memahami firman Tuhan, film Ayat-Ayat Cinta memberikan jawabannya dengan cara yang lucu (bagi saya juga sedikit terasa getir). Betapa besar sesungguhnya urusan memperistri lebih dari satu orang pada satu saat. Hanya karena keadaan yang mendesak yang membuat seorang laki-laki harus memperistri wanita lain. Demikianlah sebenarnya keadaan yang terjadi ketika Nabi Muhammad memperistri demikian banyak wanita. Para wanita itu adalah para janda yang ditinggal mati suami mereka yang meninggal dalam peperangan mempertahankan keimanan. Jika para janda itu tidak dinikahi, bagaimana nasib para anak-anak mereka?

Cerita yang hampir sama terjadi di AAC. Fahri terpaksa harus menikahi wanita lain demi nyawa si wanita. Dalam Islam, ada kaidah di mana dalam suatu kondisi kita diharuskan lebih mendahulukan menghindari bencana (mudharat) daripada mengambil manfaat. Fahri pun sebenarnya tak ingin membagi cinta dengan Aisha. Hanya kebesaran hati seorang Aisha yang memaksa Fahri pada akhirnya bersedia menikahi Maria, agar Fahri bisa diselamatkan dari bencana yang bisa membahayakan keluarga Fahri dan Aisha.

Salah satu adegan menarik yang buat saya perlu disimak bagi yang sudah maupun yang belum menonton film ini, yaitu ketika Saiful memberikan nasihatnya kepada Fahri. Dalam poligami yang bisa dilakukan oleh suami adalah berusaha berbuat adil. Karena tidak mungkin bagi manusia berbuat sangat adil. Keadilan yang dilakukan manusia sungguh jauh berbeda dari keadilan Tuhan. Ketika Tuhan merasa cintanya direnggut, karena manusia yang dikasihiNya berterima kasih dan menyembah kepada selain Dia, maka keadilan Tuhan pun akan datang. Tak sudi Dia mengampuni kesyirikan yang dilakukan manusia-manusia semacam itu karena mereka telah membagi cinta yang Dia berikan kepada yang lain.