Monday, 27 June 2011

Penerjemahan Kutipan dan Daftar Pustaka


Sebuah dokumen resmi atau karya ilmiah biasanya mencantumkan kutipan untuk mendukung ide dan argumentasi yang disusun oleh penulisnya. Pencantuman kutipan diikuti juga dengan sebuah Daftar Pustaka (Reference) dan atau Bibliografi pada bagian akhir dokumen. Daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang mencantumkan semua dokumen yang dikutip di dalam karya ilmiah. Sedangkan Bibliografi adalah daftar yang mencantumkan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Bibliografi mungkin lebih panjang daripada Daftar Pustaka, karena entri-entri di dalam Bibliografi tidak harus dikutip di dalam tubuh tulisan karya ilmiah.

Pencantuman Kutipan dan Daftar Pustaka dilakukan antara lain dengan tujuan memberikan apresiasi kepada penulis asli. Pemberian apresiasi ini menunjukkan bahwa gagasan ide tersebut dilakukan oleh penulis asli sehingga penulis dokumen terhindar dari plagiasi karya ilmiah. Mencantumkan Kutipan dan Daftar Pustaka juga bertujuan menyampaikan ide-ide yang terkait dan saling mendukung untuk membangun sebuah pemikiran baru. Dalam kaitan dengan penyampaian ide ini, proses penerjemahan memiliki peran.

Dokumen yang diacu dan dituliskan kutipannya dalam tubuh karya ilmiah dan dicantumkan sebagai rujukan dalam Daftar Pustaka mungkin ditulis dalam bahasa asing. Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul di benak pembaca, proses penerjemahan mungkin perlu dilakukan. Mencantumkan kutipan di dalam karya ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada posisi di mana kutipan itu dituliskan di dalam dokumen.
  1. Parafrasa
    Parafrasa adalah menuliskan ide asli yang ditulis oleh orang lain dalam dokumen sumber menggunakan susunan kata dan kalimat penulis dokumen. Penulisan kutipan melalui parafrasa tentunya dilakukan dengan menggunakan bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah, karena itu dilakukan penerjemahan.
  2. Kutipan
    Sebuah kutipan biasanya ditulis menggunakan indentasi dengan menggunakan ukuran font yang lebih kecil. Kutipan bisa dituliskan dalam bahasa asli. Hal ini dilakukan misalnya dengan alasan jika dilakukan penerjemahan, ide asli dari penulis yang karyanya dikutip akan mengalami distorsi. Jika hal ini dilakukan, maka tentunya penulis karya ilmiah akan memberikan paparan lebih rinci tentang ide yang dikutip, dalam bentuk kalimat-kalimatnya sendiri dalam bentuk parafrasa. Dengan demikian sebuah kutipan lazimnya diterjemahkan.
    Dengan alasan menghindari distorsi ide, penulisan kutipan yang diterjemahkan sebaiknya juga disertai dengan keterangan pada bagian akhir kutipan, dari bahasa apa kutipan tersebut diterjemahkan. Keterangan penerjemahan dituliskan di antara tanda kurung misalnya “(Terjemahan dari bahasa [apa].)”
  3. Daftar Pustaka
    Untuk memudahkan pembaca menelusuri karya asli dari penulis yang dikutip di dalam karya ilmiah, entri Daftar Pustaka dituliskan dalam bahasa aslinya. Jika entri Daftar Pustaka diterjemahkan, dikhawatirkan akan menyulitkan pembaca menelusuri karya asli yang dimaksud.
  4. Daftar Pustaka berupa hasil terjemahan
    Sebuah entri Daftar Pustaka dapat berupa sebuah karya hasil terjemahan dari dokumen lain. Ketika merujuk kepada hasil karya yang sudah diterjemahkan, bisa ditambahkan keterangan “Diterjemahkan dari bahasa [apa] oleh [siapa]. Kota: Penerbit.” Dalam penulisan dengan format ini, nama kota yang dicantumkan di bagian akhir adalah nama kota tempat penerbitan versi terjemahan.
Secara garis besar, pencantuman Kutipan dan Daftar Pustaka pada sebuah karya ilmiah bertujuan antara lain untuk menyampaikan ide-ide dari berbagai sumber dan mengkomunikasikan ide yang disusun oleh penulis karya ilmiah. Berdasarkan hal ini, proses penerjemahan kutipan dan daftar pustaka dapat dilakukan selama pesan yang dikomunikasikan dalam karya ilmiah dapat diterima dengan baik oleh pembaca.

Format penulisan rujukan di dalam karya ilmiah dan penulisan daftar pustaka tentu saja mengacu pada gaya kutipan yang digunakan, misalnya mengacu pada sistem APA, MLA, Chicago Style, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment